David Bach merupakan seorang pakar finansial asal Amerika Serikat yang mempopulerkan istilah "Latte Factor". Istilah ini mengacu pada kebiasaan seseorang dalam melakukan pengeluaran ekstra secara rutin. Padahal sebagian pengeluaran tersebut tidaklah terlalu penting dan masih bisa dihindari.
Jika tidak segera ditangani, kebiasaan ini bisa berdampak serius terhadap keuangan pribadi. Terutama bagi kamu yang memiliki penghasilan pas-pasan, akan menghalangi kebiasaanmu dari menabung, karena uangnya selalu habis terpakai.
Kata "latte" sendiri diambil dari salah satu jenis penyajian kopi yang cukup populer, yaitu Caffe Latte, yang terdiri dari campuran kopi dengan susu dan biasanya terdapat lapisan busa tipis-tipis di atasnya.
Adapun hubungannya dengan latte factor karena berdasarkan kebiasaan seseorang yang tanpa sadar rajin membeli kopi dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Masih menurut David Bach, jika kamu sering membeli kopi dalam sebulan, maka total pengeluarannya bisa melebihi biaya listrik dan juga air. Meski sebenarnya kopi termasuk dalam pengeluaran skala kecil. Namun jika dilakukan terus menerus, dampaknya langsung terasa pada pengeluaran keuanganmu.
Latte Factor di Era Digital
Pada perkembangan era digital saat ini, istilah latte factor tidak hanya merujuk pada kebiasaan membeli kopi saja, melainkan mendeskripsikan banyak pengeluaran yang dilakukan secara rutin, misalnya saja membeli camilan, rokok, minuman soda dan masih banyak lagi.
Pengeluaran yang kecil ini, sebenarnya bukanlah termasuk pengeluaran yang mendesak. Namun di era digital akan semakin berkembang menjadi latte factor. Pengeluaran kecil ini tanpa disadari akan mengacaukan rencana keuangan yang mungkin saja telah kamu susun.
Ada lagi latte factor di era digital, yakni kebiasaan menggunakan moda transportasi online melalui aplikasi. Lalu jika kamu sering order makanan ringan atau camilan secara online, maka kebiasaan ini juga sudah termasuk ke latte factor.
Salah satu latte factor yang mungkin saja sering kamu alamai, tetapi tidak kamu sadari adalah biaya transfer antar bank yang kamu keluarkan saat kamu melakukan transfer ke bank yang berbeda. Coba saja kalikan Rp 6,500 jika kamu rutin transfer uang antar bank setiap hari. Jika ditotal jumlahnya bisa mencapai Rp 195 ribu.
Mungkin kamu juga sering belanja secara online di marketplace. Secara tidak sadar kamu terkadang juga membayar biaya ongkos kirim saat belanja online bukan? Jika ditotal, mungkin saja jumlahnya cukup besar. Apalagi kamu rutin belanja online.
Biaya administrasi maupun biaya kartu ATM pada bank juga sebenarnya termasuk ke dalam latte factor. Kamu wajib membayar biaya-biaya tersebut setiap bulannya. Maka dari itu, pengeluaran kecil ini juga sebaiknya kamu perhitungkan juga.
Cara Menangani Latte Factor
Seperti telah dijelaskan di atas, jika latte factor sebenarnya bisa dihindari atau setidaknya diminimalisir agar pengeluaranmu tidak terlalu besar.
Langkah terbaik adalah dengan cara melakukan identifikasi latte factor yang kamu keluarkan dengan cara melacaknya. Kamu wajib mencatat semua pengeluaran kecil yang kamu keluarkan setiap hari. Jika di rekening bank, kamu bisa memanfaatkan fitur mutasi rekening untuk melacak setiap pengeluaran dan pemasukan.
Kamu bisa mencatat pengeluaran tersebut secara konsisten, setidaknya kamu bisa melakukan selama satu hingga tiga bulan, sehingga hasilnya lebih maksimal. Dengan cara ini, kamu bisa mengetahui berapa jumlah latte factor yang kamu keluarkan dan bisa sekaligus melakukan langkah antisipasi yang tepat.
Berikut adalah beberapa cara menangani latte factor yang bisa kamu lakukan :
- Pilih promo bebas ongkir sebelum belanja online
- Pilih promo cashback jika kamu ingin bertransaksi digital, seperti order makanan atau belanja online
- Pertimbangkan membeli makanan secara langsung dine in di restoran, dibanding harus order online, karena ada biaya order dan biaya ongkir
- Jika kamu sering transfer antar bank, sebaiknya gunakan aplikasi keuangan digital atau aplikasi perbankan yang bebas biaya transfer. Kalaupun ada biaya transfer, biasanya lebih murah dibanding harus transfer lewat ATM
Last but not least, latte factor mengajarkan kamuagar bisa menyaring hal-hal yang memberi nilai lebih pada hidup. Jika kamu mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan pengeluaran ekstra, hidupmu akan menjadi lebih baik lagi.
Kamu bisa mengalokasi pengeluaran ekstra tersebut untuk sesuatu yang lebih bermanfaat lagi dalam kehidupanmu. Misalnya saja uangnya bisa untuk membuka bisnis sampingan atau melakukan investasi finansial, investasi kesehatan, investasi biaya pendidikan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Demikian informasi yang Akubisnis.com bisa bagikan mengenai arti latte factor dan cara mencegahnya.
Semoga bermanfaat.